Membangun sistem angkutan kargo yang efisien

Media releases, The Australia-Indonesia Centre

Para ilmuwan bersedia untuk diwawancarai dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris

Improving the rail systems may have far-reaching benefits. Credit:

Improving the rail systems may have far-reaching benefits. Credit: Institute of Railway Technology (IRT)

Sejak 2016, gerbong kereta standar yang diperlengkapi secara khusus akan beroperasi dan melintasi trek Jawa Timur. Gerbong ini akan memiliki sensor yang ditempatkan secara saksama untuk mendeteksi pergerakannya saat pengoperasian normal, termasuk perpindahan dan vibrasi.
Peralatan teknis gerbong telah dirancang oleh Monash University’s Institute of Rail Technology (IRT) untuk menghasilkan data mengenai kondisi trek dan respon dari sarana perkeretaapian. Peralatan ini memungkinkan para insinyur mengukur muatan aman dan kecepatan kereta secara akurat. Hal ini merupakan bagian dari proyek yang dibiayai oleh Australia Indonesia Centre untuk memfasilitasi pergerakan kargo yang aman dan efisien di seluruh jaringan rel kereta api, dan khususnya dapat memperbaiki perpindahan barang dari terminal pelabuhan kontainer baru di Teluk Lamong, Surabaya, Jawa Timur.
“Otoritas kereta api Indonesia dan pemerintah provinsi melihat adanya kebutuhan akan transportasi kereta api yang amat besar di Jawa Timur, terutama di Surabaya,” kata Prof. Wing Kong Chiu, Centre’s Infrastructure Cluster Leader, dari Monash University.

“Saat ini, ada begitu banyak truk dan bus yang memadati jalan,” ujar seorang pemimpin proyek, Ir. Hera Widyastuti, MT, Ph.D, dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

The railcar will provide data on the condition of the track, allowing engineers to accurately estimate safe loads and running speeds.

The railcar will provide data on the condition of the track, allowing engineers to accurately estimate safe loads and running speeds.

“Jika masalah ini tidak mulai diatasi, banyak permasalahan akan bermunculan. Memperbaiki sistem kereta api akan mengurangi kemacetan dan memiliki dampak ekonomi jangka panjang – barang dapat diangkut dengan lebih lancar, serta polusi dan kecelakaan dapat berkurang.”

“Sehubungan dengan pelabuhan-pelabuhan di Indonesia,” kata Chiu. “Kereta api sebagai sarana pengangkutan barang yang lebih efisien dari satu tempat ke tempat lain harus dikaji lebih lanjut. Bagaimana jaringan kereta api digunakan secara aman dan efisien, dan apakah aset rel lain yang sudah ada dapat diaktifkan kembali harus kita tanyakan.”

Proyek ini diprakarsai oleh Infrastructure Cluster dari Australia Indonesia Centre dengan dukungan dari Pemerintah Jawa Timur, PT Kereta Api Indonesia (perusahaan kereta api nasional), Kawasan Pelabuhan dan Industri Terpadu Jawa, Pelabuhan Kontainer Terminal Teluk Lamong, Australian Rail Track Corporation, Public Transport Victoria, dan Monash University.

“Institute of Railway Technology (IRT) memiliki catatan sangat mengesankan sehubungan dengan keuntungan nyata yang dihasilkan lewat proyek-proyek terkait dengan rel di Australia dan luar negeri,” kata Chiu.

“Mereka mengembangkan gerbong yang memiliki perangkat teknis yang saat ini beroperasi di berbagai kawasan di Australia dan di Brazil, serta baru-baru ini dianugerahi penghargaan nasional ‘Business-Higher Education Round Table 2015’ untuk kategori Kolaborasi Penelitian dan Pengembangan Terbaik.”

Ketimbang memasang peralatan teknis pada trek di beberapa lokasi untuk memantau statusnya, gerbong dengan perangkat teknis ini dapat memantau dan memberikan laporan kondisi di seluruh jalur yang dilintasi. Data tersebut dapat digunakan untuk menentukan batas aman kecepatan kereta api di setiap segmen trek untuk muatan tertentu.

Para peneliti juga ingin menentukan apakah jalur tersebut perlu ditingkatkan dan seberapa besar usaha yang dibutuhkan untuk menerapkan ‘dekomisi’ atau mengaktifkan kembali jalur yang tidak digunakan.

Penelitian kami bertujuan untuk memeriksa ruas jalur kereta api yang tidak aktif untuk mengetahui apakah ruas jalur tersebut dapat diaktifkan kembali serta menentukan perbaikan-perbaikan apa yang perlu dilakukan,” kata Hera.

Kontak media:

Keperluan wawancara:

  • Dr Hera Widyastuti (Indonesia); hera.widyastuti@yahoo.co.uk; +62 813 3202 3399
  • Professor Wing Kong Chiu (Australia); Kong.Chiu@monash.edu; +61 411 650 768

 

Untuk informasi lebih lanjut mengenai Australia-Indonesia Centre, kunjugi: http://australiaindonesiacentre.org/