Memasang jendela dan laser di lambung kapal

Media releases, The Australia-Indonesia Centre

Para ilmuwan Surabaya dan Australia bekerja sama untuk meningkatkan efisiensi perkapalan

Para ilmuwan bersedia diwawancarai dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Liputan video dan foto kapal feri dapat dilihat di http://australiaindonesiacentre.org/media

Setiap manajer perkapalan terus-menerus berjuang memerangi fouling (proses menempelnya biota pada permukaan kapal) – yaitu bakteri, rumput laut, teritip, dan mahkluk laut lain yang mendiami lambung kapal. Biofouling ini dianggap dapat menaikkan biaya bahan bakar kapal komersial lebih dari 20 persen. Ini merupakan biaya yang besar bagi aktivitas perniagaan maritim antara Australia dan Indonesia.
Dengan menggunakan laser dan jendela di lambung kapal, para peneliti dapat menilai seberapa cepat efisiensi kapal berkurang, dan bagaimana cara menyeimbangkan antara efisiensi bahan bakar dan biaya parkir di dok apung (dry dock) untuk membersihkan kapal.
The window needs cleaning periodically by a diver. Credit: Nadia Astari

The outside of the window in the hull will need cleaning periodically by a diver. Credit: Nadia Astari

“Pada dasarnya, kami membangun laboratorium bernilai ribuan dolar di dalam lambung kapal. Setelah mengetahui cara sejumlah biota bertumbuh di bagian bawah kapal, dan dampak pertumbuhannya terhadap efisiensi bahan bakar, kami dapat mengusulkan sejumlah strategi anti-fouling yang lebih tepat, yang dapat menghemat waktu dan biaya yang dikeluarkan operator kapal dan penumpang.,” ujar Profesor I Ketut Aria Pria Utama dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS).

Tim peneliti menggabungkan pengalaman maritim para insinyur ITS, keahlian mekanika fluida di The University of Melbourne dan the University of Southampton beserta kelompok lapisan pelindung Hempel.

Tak lama setelah kapal mengarungi lautan, kapal tersebut mulai mengumpulkan fouling – bakteri yang menghuni kapal dalam beberapa hari, diikuti dengan pertumbuhan tumbuhan dan hewan selang beberapa minggu kemudian. Masalah ini ditemui khususnya di perairan tropis Indonesia dan bagian utara Australia.

“Sulit untuk menentukan biaya operator perkapalan yang sessungguhnya,” ujar Nicholas Hutchins, Associate Professor di the University of Melbourne.

“Diskusi riset dengan operator perkapalan berjalan dengan baik sampai kami mengatakan, ‘kami hanya perlu menempatkan lubang kecil di samping kapal Anda’. Tetapi para mitra Indonesia kami meyakinkan layanan usaha PT Dharma Lautan Utama untuk mengizinkan pemasangan jendela berukuran 30 cm di lambung salah satu feri antar pulau mereka, feri Dharma Kencana IX sepanjang 71 meter, yang mengangkut penumpang untuk rute Jawa – Sumatra Selatan.”

Umumnya, rute Jawa-Sumatera dapat ditempuh feri dalam waktu 2 jam. Namun, besarnya jumlah pertumbuhan biota yang tumbuh di permukaan kapal menyebabkan waktu tempuh perjalanan menjadi dua kali lebih lama.

Angkatan Laut Amerika Serikat memperkirakan bahwa kapal perusak mereka, Arleigh Burke, menghabiskan biaya sekitar $2,3 juta untuk biaya bahan bakar tambahan per kapal setiap tahun karena fouling. Kapal kontainer modern bobotnya 10 – 15x lebih berat. Akibatnya, jumlah limbah bahan bakar dapat jauh lebih besar.

Sementara itu, biaya armada kapal yang beroperasi di perairan Australia dan Indonesia dapat mencapai miliaran dolar per tahun. Juga, terdapat jumlah jejak karbon yang signifikan; sejumlah besar bahan bakar yang terbakar oleh kapal besar yang digunakan untuk mengatasi hambatan, dan bahkan jumlah biofouling yang secara subtansial meningkatkan jumlah jejak karbon.

“Pendanaan awal sebesar lima belas ribu dolar dari Australia-Indonesia Centre telah membuka kesempatan untuk menjangkau industri dan kolaborator lainnya untuk membangun proyek ini menjadi proyek yang jauh lebih besar yang bernilai $200,000, termasuk menggalang dana kerja sama dengan the University of Southampton di Inggris, “ ucap Nicholas.

Kontak media:

 Wawancara:

Images and video (for more, contact Ghian or Lydia):

Investigating how water flows around a ship while clean, or coated in algae and barnacles, will help show where energy is being wasted. Credit: Nadia Astari

Investigating how water flows around a ship while clean, or coated in algae and barnacles, will help show where energy is being wasted. Credit: Nadia Astari

Anti fouling company Hempel A/S are collaborating in the research, including Dr Marcus Tullberg (image). Credit: Nadia Astari

Dr Marcus Tullberg, of anti fouling company Hempel A/S, is collaborating in the research. Credit: Nadia Astari

Maritime expertise is being combined with fluid mechanics in the international collaboration. Credit: Nadia Astari

Maritime expertise is being combined with fluid mechanics in the international collaboration. Credit: Nadia Astari